mahasiswa PGSDPGSD? Sering kali itulah yang ada dalam benak teman-teman kalau bicara tentang jurusan PGSD. Kenapa? Karena mindset teman-teman sudah terpatri bahwa PGSD nantinya hanya akan menjadi guru SD. Guru SD yang tiap harinya berkutat dengan anak-anak usia 7-12 tahun yang sangat badung. Guru SD yang gajinya sedikit. Guru SD yang harus berurusan dengan semua tetek bengek sekolah yang menyebalkan. Dimata sebagian besar rakyat Indonesia, guru SD adalah profesi yang tidak bergengsi.

Namun semua mindset itu mulai goyah ketika ada isu dari pemerintah yang menyebutkan bahwa kesejahteraan guru SD akan sangat diperhatikan dimasa mendatang. Mulai-lah para orangtua berbondong-bondong menyuruh (baca: menyarankan) anaknya untuk mengambil jurusan ini. PGSD menjadi jurusan yang popular di masyarakat. Puluhan ribu fresh graduate dari SMA menyerbu jurusan ini. Sayangnya, yang tau hal-hal semacam ini juga hanya para pendahulu kita yang profesinya bersenggolan dengan dunia pendidikan. Dimasyarakat biasa, tetap saja profesi guru SD adalah suatu hal yang kurang membanggakan.

Lebih lanjut, jurusan yang nantinya mencetak pendidik awal generasi penerus bangsa ini tetap saja ‘terpinggirkan’. Kenapa begitu? Karena dimata mahasiswa dari jurusan lain, mahasiswa PGSD adalah mahasiswa yang kurang modis. Bahkan, pada beberapa universitas yang memisahkan kampus PGSD-nya dari kampus utama gap social ini semakin terasa. Setiap kali menjejakkan kaki di kampus utama, langkah mahasiswa PGSD diiringi tatapan aneh dari teman-teman diluar jurusan PGSD. Tentu tidak semua seperti itu. Ada juga yang menghargai perbedaan. Tapi untuk mahasiswa gaul diluar sana, PGSD bukan termasuk mahasiswa yang bisa disebut keren.

Dari berbagai fenomena inilah, maka banyak sekali mahasiswa jurusan PGSD menjadi tidak bangga menjadi bagian jurusan mereka. Mereka mengambil jurusan ini hanya atas dorongan orangtua dengan mempertimbangkan gaji jika sudah menjadi PNS nanti. Itu juga tidak salah. Orangtua mana yang ingin menyesatkan anaknya?

Tapi kawan, PGSD sebenarnya bukan hanya jurusan pendidikan guru, tetapi juga sekolah kepribadian. Kenapa begitu? Karena ketika kita menapakkan kaki di PGSD, untuk 4 tahun mendatang kita akan digodog menjadi pribadi yang santun dan bermasyarakat. Mahasiswa PGSD lebih bisa melihat situasi masyarakat yang ada. Karena mereka memang nantinya kembali pada masyarakat lapisan menengah kebawah. Karena mahasiswa PGSD nantinya berjuang ditengah-tengah dinamika masyarakat yang hingga saat ini aspirasinya belum tersalurkan. Dan yang lebih penting, mahasiswa PGSD menjadi tonggak perbaikan bangsa karena mereka-lah yang menyiapkan generasi muda penerus negara ini.

Karena tugasnya yang berat inilah, mahasiswa PGSD digembleng dengan berbagai kegiatan yang membentuk karakter mereka. Mulai dari rangkaian kegiatan kepramukaan yang melelahkan, sampai pada kegiatan perkuliahan yang mengharuskan mereka berlatih berbicara di depan orang banyak, termasuk berlatih memanagemen banyak orang didalam satu ruangan. Hal-hal seperti inilah yang baik disadari atau tidak juga membentuk karakter mereka. Secara tidak langsung, mereka telah mempersiapkan diri mereka sekaligus membangun kembali karakter manusia Indonesia yang seutuhnya. PGSD yang notabene ‘terpinggirkan’ justru adalah salah satu elemen penting pembangun bangsa.

Alasan lain adalah, kuliah di PGSD secara tidak langsung mendidik kita baik dari cara berpakaian, cara bicara, hingga cara bergaul dalam masyarakat maupun sesama teman. Kita tanpa sadar telah terbiasa berpenampilan dan bergaul di masyarakat sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Masyarakat dan juga dosen-dosen dari jurusan lain bahkan mengakui bahwa ketika mahasiswa diterjunkan dalam masyarakat, mahasiswa PGSD adalah mahasiswa yang lebih mudah beradaptasi dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

Mahasiswa PGSD adalah seorang generalis, terspesialisasi dalam kemahirannya di salah satu bidang, misalnya tari, music, karya ilmiah, penelitian, cabang olahraga, dan bidang lainnya. Sehingga modal jurusan ini untuk bisa berkembang sangat mumpuni. Keuntungan mahasiswa PGSD yang generalis sudah teraih,  dan masih pula mendapat fasilitas untuk mendalami spesifikasi tertentu. Jika seorang generalis ‘banyak tahu’ dalam artian mengerti banyak hal tapi dangkal, seorang spesialis ‘tahu banyak’ dalam artian sedikit hal tetapi dalam. So, tugas mahasiswa PGSD yaitu menjadi ‘GEN SPESIAL’. Mengerti banyak hal dan dalam. (Siron, 2012)

Jadi? Jangan malu jadi mahasiswa PGSD!

Sumber